Google

Sunday, September 14, 2008

BILA ANAK USIA DINI BERSEKOLAH

Anak usia dini ternyata juga dapat menyibukkan pikiran orang tua, apalagi ketika anak itu memasuki jenjang pra-sekolah. Setumpuk, bahkan segudang rayuan akan meluncur dari bibir sang orangtua agar anak mau bersekolah. Adakalanya mudah, namun adanya juga yang harus menuai kesulitan. Lebih sulit lagi jika anak kita sangat labil, artinya saat-saat tertentu anak-anak mogok.
Persoalan ini acapkali terjadi, dan setiap permulaan sekolah hampir dipastikan problema ini selalu muncul, seperti musiman.
Orangtua selalu memeras otak untuk masalah ini, kadangkala harus dibayar orang tua untuk cuti kerja, hanya untuk melancarkan rayuan agar anak mau masuk sekolah.
Kasus-kasus ini ternyata memberi perhatian khusus kepada seorang-orang Derry Iswindharmanjaya dengan kawan-kawannya untuk bersolusi, agar orang tua yang memiliki problem terkait kasus anak usia dini dapat diatasi. Solusi itu telah dibukukan, dan sangat dianjurkan untuk dimiliki pasangan keluarga muda, agar ketika mendapatkan problema anak akan cepat diatasi.
Data Buku :
JUDUL: Bila Anak Usia Dini Bersekolah
PENULIS: Derry Iswidharmanjaya,+ B. Sekarjati Svastiningrum
PENERBIT: PT Elex Media Komputindo—Kelompok Gramedia—Jakarta
ISBN: 978-979-27-2137-9
CETAKAN: I—2008
TEBAL: vii + 95
ISI BUKU :
  • Kesiapan Anak Usia Dini Untuk Memulai Pendidikan Formal
  • Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemandirian Anak Usia Dini
  • Kasus-Kasus yang Terjadi Saat Anak Usia Dini Memasuki Lingkungan Sekolah
  • Tip-Tip untuk meningkatkan Kemandirian Anak Usia Dini Menjelang Sekolah
  • Tiap menyiapkan Keyrampilan dan Mental Anak Usia Dini Sebelum Masuk Sekolah

Sadapan Ringkas:
[ORANG TUA ADALAH GURU PERTAMA]

Sebenarnya kesiapan dan kematangan seorang anak tergantung dari poa pendidikan dari rumah.
Orang tua adalah guru pertama untuk anak, sedangkan anak adalah pendidik terbaik bagi dirinya sendiri. Banyka orang tua khususnya di Indonesia yang berpikir bahwa anak-anaknya dapat mulai belajar ketika ia bersekolah. Karena itu, kebanyakan orang tua menyerahkan pendidikan sepenuhnya ada di tangan para pendidik di sekolah.
Pendpata tersebut tidaklah tepat sebaiknya diubnah, sebab hal itu akan berdampak buruk bagi perkembangan kecerdasan anak. Anda tidak perlu meunggu ketika Anda bersekolah untuk mengajarkan bersosialisasi, membaca atau berhitung. Dengan demikian ketika anak tersebut mulai bersekolah ia pun dapat menikmati tanpa rasa was-was.

RASA PERCAYA DIRI MENDONGKRAK KEMANDIRIAN:
Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuann yang dimili serta dapat dimanfaatkan secra tepat. Karena itu, percaya diri dapat dikatakan sebagai modal dasar untuk mengembangkan kemampuan diri
Sikap over protective orang tua adalah pola sikap yang menjegal kemandirian anak sehingga anak menjadi seorang yang kurang percaya diri. Karena itu, mulaialah untuk menaruh kepercayaan pada anak Anda bahwa ia bisa melakukannya.

MOGOK—SCHOOL PHOBIA

Bosan dengan rutinitas sekolah, takut karena ada teman sekelas yang suka menggangu, bisa karena ada PR yang tidak terkerjakan, bahkan ada juga yang tanpa alas an, dapat juga membuat mogok sekolah.
Sebenarnya kasus mogok sekolah yang menimpa anak usia dini bida diatasi. Peran serta orang tua sangatlah vital. Orang tua sebenarnya berperan serta untuk meyakinkan bahwa anaknya nyaman dan aman berada disekolah.
Ingat! Jika anak masih bersikukuh mogok sekolah bahkan sudah menyebakan gejala kronis, seperti deeman, diare, atau mungkin batuk-batuk, anak tersebut telahmengalami school phobis. Ini adalah masalah yang cukup berat kerena menyanghkut sisi kejiwaan anak. Bila nantinya anak telah sembuh dari gejala fisiknya, untuk sementara dampingilah anak tersebut ketika ia kembali sekolah, hingga ia merasa yakin bahwa dirinya benar-benar merasa nyaman.

Friday, September 5, 2008

HARI PERTAMAKU DI SEKOLAH

Pemandangan yang sudah biasa terjadi, jika hari pertama murid baru Taman Kanak-Kanak masuk, jumlah muridnya berlipat dua hingga tiga kali. Keadaan ini karena di hari pertama murid baru selalu diantar oleh orang tuanya, bahkan nenek atau kekek ikut larut disuasana ini. Jelasnya mereka sebagai siswa belum siap untuk ditinggalkan. Orang pun maklum atas kejadian ini, karena pertama kali masuk sekolah, seorang anak harus berkenalan dulu dengan lingkungan yang baru, dan hal ini tidak mudah.
Dikatikan dengan hakikat sekolah taman-kanak-kanak itu, sesungghynya untuk menciptakan kemandirian ke jenjang skolastik, maka pemberian pembelajaran kepada siswa untuk mandiri adalah bagian proses. Di sinilah perlunya kerjasama antara orang tua dan sekolah, sehingga kemandirin untuk bersekolah segera terwujud.
Solusi cerdas atas problematika ini telah dipecahkan oleh Ery Soekresno dengan kawan-kawan, dari hasii pengamatan dan praksisnya terlahirlah buku berjudul “Hari Pertamaku Di sekolah”
Buku ini berisikan kiat-kiat bagaimana orang tua melatih anaknya agar mandiri alias bisa ditinggalkan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Data Buku :
JUDUL: Hari Pertamaku Di sekolah
PENULIS : Ery Soekresno-Sumarti. M. Tahhir dan Setyorini Pardiyati
PENERBIT: Read! Publishing Hpuse [Kelompok Mizan]. Jl. Cinambo No. 137 Cisaranten Wetan Bandung. 40294. Telp. [022] 7834315. E-mail : readpublishinghouse@yahoo.com
CETAKAN: I—2006
ISBN: 979-2828-17-X
TEBAL: 96 hlm: 19 cm
Kata kunci untuk orang tua: [Dua langkah yang harus dilakukan]

  1. Belajar mengatasi ketakutan terhadap ketidaktahuan anak tentang sekolah
  2. Belajar mengatasi ketakutan yterhadap perpisahan dengan orang tua

MENGATASI PERISAHAAN
Ada beberapa tahapan yang akan membatu anak dalam mengatasi perpisahan di hari pertamanya masuk sekolah:



  1. Tenang
    Tampilakan perasaan senang. Tersenyum, dan berilah anak ucapan salam dengan percaya diri. Apa pun reaksi anak, tetaplah tersenyum. Jangan tampilkan wajah cemas dan ragu
  2. Jangan Meninggalkan Anak Diam-diam. Jelaskan kepada anak, bahwa Anda akan meninggalkannya dengan ibu guru di sekolah. Ingat jika akan pergi, beri isyarat. Jangan beri ciuman. Jangan lkembali ketika mendengar anak menangis
  3. Biarkan Menangis:
    Rasanya tidak logis untuk meminta anak berhenti menangis. Biarkan anak menangis itulah ekspresi mereka
  4. Kembalilah Dengan Senyum
    Ketika orang tua dating menyemput, anak yang tadinya tenang munghkin akan menangis. Dia akan berlari lalu memeluk orang tua, lalu minta digendong. Atau, bisa jadi mereka malah mengabaikan orangtuanya. Kedua respon tersebut normal. Yang terpenting, orangtua harus tetap tenang dan ceria.