Google

Thursday, June 25, 2015

DI BALIK DAHSYATNYA PEMBELAJARAN MOTORIK USIA DINI - Djoko Adi Walujo



Dalam Word


Di Balik Dahsyatnya Pembelajaran Motorik Anak Usia Dini 
djoko adi Walujo
  Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur”

BATU : 13 MEI  2013

PENGANTAR



Sesuatu yang naif jika banyak orang melihat anak-anak sedang bermain-main, hanya dipandang sebagai kegiatan yang buang-buang waktu. Kadang orang tua cenderung melarangnya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa bermain itu tidak mendidik. Sesungguhnya ketika anak-anak sedang bermain, berlarian, berteriak, menyanyi dengan senang hati, seluruh organ tumbuh secara sinergi digerakkan. Pada saat yang sama terstimuli dalam tubuhnya untuk berkembang. Akhirnya terajut secara bersama antara yang ada di benak anak-anak dengan gerak yang dilakukan. Gerakan anak ini orang sering menyebutnya dengan istilah motorik. Ketika hal ini berlangsung secara terus menerus akan memungkinkan anak tumbuh sehat, karena perpaduan antara apa yang dipikirkan dan apa yang digerakan (motoriknya) memberikan efek dahsyat berupa, kesadaran akan eksistensi diri, dan hidup itu sesuguhnya bagian dari lingkungan. Kemandirian anak akan tumbuh, tapi kemandirian yang dibarengi  dengan sebuah kesadaran, bahwa manusia itu saling ketergantungan (interdependensi). Sisilain juga terdapat multi manfaat antara lain, manfaat psikologis dari keadaan tak berdaya menuju berdaya, dari kurang percaya diri menjadi percaya diri.
       Percaya diri (self confidence) adalah kunci utama manusia berkembang dan maraih prestasi dalam kehidupan kini dan esok.

BERBAGAI PENDAPAT TENTANG PEREKEMBANGAN MOTORIK
Banyak pola pikir yang dapat diacu dalam mencemarti  perkembangan motorik, mulai dari Khulen, Thomson hingga Petterson.
Dari semua pemikiran ini berharap bahwa pembelajaran motorik merupakan sebuah keharusan.
Tubuh manusia merupakan system organ yang komplek dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi. Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak, seperti yang diungkapkan Petterson (1996)
During middle childhood, the body and brain undergo important growth changes, leading to better motor coordinator, greater strength and more skilfull problem-solving. Health and nutrition play an important part in these biological developments.
Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti uasia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya.
The period of middle childhood, from age six to age twelve is, also remarkably free from desease. The average child suffers fewer bouts of illness than during the years before school entry, and the risk of death for a contemporary Australian or New Zealand child is lower than at any earlier or later period during the life span. (Petterson, 1996)
Perkembangan fisik sangat berkorelasi dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, melompat, naik turung tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerak yang men
fungsikan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang men-drive atau mengendalikan setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matang perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot mengondisi berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak didiskripsikan sebagai berikut:
  1. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga, menendang.
  2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002)
Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laku-laki dari pada perempuan.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.
Dynamic System Theory adalah teori yang menjelaskan secara detai tentang sistematika motorik anak, teori ini dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
“…….to develop motor skill, infants must perceive something in the environment that motivates them to act and use their perceptions to fine-tune their movement. Motor skills represent solutions to the infant’s goal.”
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem. (diambil dari internet : Makalah.)
Psikologi Sosial Anak, & Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
a.    Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b.      Melalui ketrampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi helplessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ke kondisi  yang independence (bebas tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan self confidence (rasa percaya diri).
c.     Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjustment). Pada usia TK atau pra sekolah, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, mewarnai dll.
d.    Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)
e.      Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
Mestimulasi perkembangan motorik
Meneladi adalah unsur penting yang harus dikedepankan. Maka “jurus-jurus” diharapkan kemampuan melakukan  ekplorasi daya kreasi, agar anak didik dalam kondisi menyenangkan ketika melakukan pembelajaran motorik 
  • Memberikan kesempatan belajar anak untuk mempelajari kemampuan motoriknya, agar ia tak mengalami kelambatan perkembangan.
  • Memberikan kesempatan mencoba seluas-luasnya agar ia bisa menguasai kemampuan motoriknya.
  • Memberikan contoh yang baik, karena mempelajari dan mengembangkan kemampuan motoriknya lewat cara meniru, si kecil perlu mendapat contoh (model) yang tepat dan baik.
  • Memberikan bimbingan karena meniru tanpa bimbingan tak akan mendapatkan hasil optimal. Ini penting agar ia mengenali kesalahannya.

MENGANGKAT PEMIKIRAN DAVC
Davc berpendapat, bahwa pembalajaran motorik tidak hanya sekedar gerak, tapi harus terencana dan mengikuti tahapan yang benar
     Dalam konteks pembelajaran motorik Davc mengenalkan kategori titik tekan dalam kegiatan pembelajaran motorik. Menurutnya, terdapat 4 tahapan antara lain.’
a.      Penituan (imitation):
Adalah titik tekan pertama yang harus dikedepankan dalam setiap pembelajaran motorik. Titik ini menekankan agar siswa didorong agar bisa meniru semua ketrampilan atau gerakan motorik yang dicontihkan dengan baik dan benar.
b.      Manipulasi (penggunaan konsep)
   Titik tekan ini difungsikan untuk mendorong perkembangan kemampuan motorik para siswa. Anak didik diarahkan untuk mengikuti:
  • Pengarahan
  • Penampilan
  • Gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu tampilan melalui latihan motorik.
Melalui petunjuk atau arahan, anak didik merespon dengan melakukan kegaiatan.
c.        Ketelitian.
Titk tekan yang diarahkan pada tingkat kecermatan atau ketelitian anak didik. Di sini ditanamkan sikap:
  • Kecermatan dalam setiap sikap dan tindakan motorik
  • Proporsi
  • Kepastian yang sangat tinggi dalam setiap gerakan atau ketrampilan
  • Kesungguhan dalam bertindak (terdapat proses penghayatan)
d.      Artikulasi
Artikulasi seringb diartikan sebagai “perangkaian”.  Titik tekan ini  adalah pada tingkat pengordisian (kkordinasi) suatu rangkaian gerakan. Sehingga anak didik mampu menjalankan rangkai kegiatan morotik yang beurutan (skeunsial)
e.      Pengalamiahan (Naturalization)
Pada titik tekan ini, anak didik dikondisi pada pembiasaan serta dituntut pada kondidi yang nyata (alamiah) tanpa ada manipulasi.
HARUS BERMAKNA
Kendati nampaknya hanya bermain, bergerak atau bertepuk-tepuk. Pembelajaran motrik harus bermakna.
Pembelajaran motorik harus bermakna, artinya tidak boleh hanya memperoleh optimalisasi perkembangan motorik, tapi harus memiliki nilai ikutan berupa Value (nilai-nilai). Okleh karenanya pembelajaran motorik harus dipadukan dengan pendidkan karakter. Sehingga akan memiliki nilaia yang beriringan.
Untuk mencapai hal tersebut, suasana pembelajaran harus dilingkupi keadaan sebagai berikut.
friendly
ramah, ramah tamah, guyub, manja, penuh persahabatan, rukun
hospitable
ramah, ramah tamah, senang menjamu, tangan terbuka, ulur tangan, yg bermurah hati
gracious
Baik budi, yg menyenangkan
benignant
ramah tamah, lunak, tidak  berbahaya, subur
cordial
mesra, tulus, peramah, tulus hati
amiable
ramah tamah, baik hati
genial
ramah tamah, baik hati, yg suka bergaul
affable
ramah, sopan, baik hati
kind
baik hati, ramah, manis, murah hati, sopan
sociable
supel, luwes, peramah, suka bergaul
benign
Familiar
pleasant
nyaman, ramah, enak, sedap, menyenangkan
warm
hangat,
gentle
lemah lembut, lirih
outgoing
demisioner
agreeable
cocok, serasi, menyenangkan sekali, yg menyetujui
neighborly
dekat
neighbourly
akrab
amicable
baik hati, yg bersahabat
indulgent
sabar, terlalu pemurah
expansive
berkembang, yg dpt diperluas
smooth
halus, lancar, polos, tenang, sopan
social
sosial, kemasyarakatan, ramah, ramah tamah, peramah, yg suka bergaul
complaisant
ramah tamah, ramah, yg suka menyenangkan orang, menurut
ungrudging
ramah tamah, sukarela, ramah
boon
ramah tamah, yg menguntungkan, ramah, enak
communicable
yg menular, ramah tamah, yg dpt dipindahkan atau diteruskan,
informal
informil, tdk resmi,
companionable
ramah tamah, yg suka bergaul, cocok untuk menjadi teman,
home-felt
yg dirasakan sedalam-dalamnya, baik hati,  tulus ikhlas, tulus hati
tender-hearted
mesra,  simpatik
open-armed
Tangan terbuka
TERIMA KASIH